Obat Jerawat (Swamedikasi)
SWAMEDIKASI
JERAWAT
A.
PENDAHULUAN
Jerawat
atau dalam bahasa medisnya disebut acne vulgaris merupakan peradangan
kronik folikel pilosebasea yang sering diikuti dengan timbulnya komedo, papula,
kista pada daerah wajah, bahu, dada, dan punggung (Harahap, 2000). Jerawat sangat
berdampak terhadap kehidupan pasien (Ismail dan Moh. Ali, 2012). Jerawat dapat
mempengaruhi 85% remaja dan kadang berlanjut pada usia dewasa. Banyak pasien
merasa depresi, perubahan perilaku sosial, kecemasan, kemarahan dibandingkan
kondisi normal tanpa masalah jerawat (James, 2005).
Masyarakat
melakukan swamedikasi sebagai alternatif pengobatan. Keterbatasan pengetahuan
tentang obat dan penggunaanya akan menimbulkan kesalahan pengobatan dalam
melakukan swamedikasi. Masyarakat cenderung hanya tahu merk dagang obat tanpa
tahu zat berkhasiatnya (Depkes, 2006). Seringkali dijumpai swamedikasi menjadi
sangat boros karena mengkonsumsi obat-obatan yang sebenarnya tidak dibutuhkan,
atau akan menjadi berbahaya (Kristina et al., 2008). Sering ditemukan
pasien jerawat kondisinya memburuk setelah melakukan pengobatan sendiri (Khalid
dan Iqbal, 2010). Pemakaian obat yang tepat dan aman dapat dilakukan dengan
mengetahui sifat dan cara pemakaian obat (Depkes, 2008). Berdasarkan rendahnya
pengetahuan masyarakat mengenai jerawat maka perlu untuk dilakukan edukasi
terkait swamedikasi tentang jerawat secara rasional salah satunya melalui
penyusunan makalah ini.
B.
KLASIFIKASI
Jerawat terbagi menjadi menjadi empat
tingkatan yaitu ringan, sedang, agak berat dan berat. Tingkatan tersebut
ditentukan berdasarkan jumlah jerawat yang ada pada wajah, dada dan punggung
serta ukuran besar kecil jerawat atau kondisi peradangan jerawat
(Wasitaatmadja, 2007):
1. Jerawat pada bayi yang baru lahir (newborn
acne): Jerawat jenis ini menyerang sekitar 20% bayi yang baru lahir dan
tergolong jerawat ringan;
2. Jerawat pada bayi (infantile acne):
Bayi berumur 3-6 bulan juga ditumbuhi jerawat, dan akan tumbuh kembali pada
saat ia beranjak remaja;
3. Jerawat vulgaris (Acne vulgaris):
Jerawat ini adalah yang paling umum terjadi pada remaja dan dewasa sekitar
12-24 tahun;
4. Jerawat konglobata (cystic acne):
Jerawat jenis ini terjadi pada kaum pria muda, tergolong serius namun jarang
terjadi.
Ada klasifikasi lainnya menurut Plewig dan Kligman
yaitu (Djuanda, Hamzah dan Aisah, 2007):
1.
Komedonal
yang terdiri atas gradasi:
a.
Bila ada < 10 komedo dari satu sisi muka;
b.
Bila
ada 10-24 komedo;
c.
Bila
ada 25-50 komedo;
d.
Bila
ada > 50 komedo
2.
Papulopustul
yang terdiri atas 4 gradasi:
a.
Bila ada < 10 lesi papulopustul dari satu
sisi muka;
b.
Bila ada 10-20 lesi papulopustul;
c.
Bila ada 21-30 lesi papulopustul;
d.
Bila ada > 30 lesi papulopustul;
3.
Konglobata
Jerawat jenis ini terjadi pada kaum pria muda, tergolong
serius namun jarang terjadi.
C. ETIOLOGI
JERAWAT
Acne vulgaris merupakan gangguan pada polisebasea dengan peningkatan
produksi sebum (Davey, 2005). Menurut Enny (2000) penyebab yang pasti belum
diketahui, tetapi banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya acne vulgaris seperti
sebum, bakteri, hormon, herediter, iklim, psikis, kosmetika dan bahan kimia.
Menurut Marek (2006) distribusi acne vulgaris berkaitan dengan daerah
yang mengandung kelenjar sebasea seperti pada wajah, leher, dada, punggung dan
bahu.
D.
GEJALA
KLINIS
Tempat
predileksis akne vulgaris adalah di muka, bahu, leher, dada, punggung bagian
atas, dan lengan bagian atas. Lokasi lain adalah leher, lengan atas dan glutea
kadang-kadang terkena. Erupsi kulit polimorfi dengan gejala predominan salah
satunya, komedo, papul yang tidak beradang dan pustul, nodus dan kista yang
beradang. Dapat disertai rasa gatal, namun keluhan umumnya adalah keluhan estetika.
Komedo adalah gejala patognomonis bagi akne berupa papul miliar yang
ditengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam atau komedo terbuka
mengandung unsur melanin, sedangkan berwarna putih karena letaknya lebih dalam
sehingga tidak mengandung unsur melanin disebut komedo putih atau komedo
tertutup. Isi komedo ialah sebum yang kental atau padat. Isi kista biasanya pus
dan darah. Selain itu bisa terlihat nodulus, infiltrasi granulomatosa dalam
peradangan karena asam lemak atau piokokus, jaringan parut dan keloid (Djuanda,
Hamzah dan Aisah, 2007).
E.
PATOGENESIS
Patogenesis akne vulgaris sangat kompleks
dipengaruhi banyak faktor dan kadang-kadang masih kontroversial. Ada empat hal
penting yang berhubungan dengan terjadinya akne menurut Djuanda, Hamzah dan
Aisah (2007) (Gambar E.1):
a.
Kelenjar
minyak menjadi besar yaitu hipertropi dengan peningkatan penghasilan sebum;
b.
Hiperkeratosis
(kulit menjadi tebal) menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang cepat dan mengisi
ruang folikel polisebaceous dan membentuk plug (epitelium
folikular);
c.
Pertumbuhan
kuman, Propionibacterium acnes yang cepat (folikel polisebaceous)
yang tersumbat akan memerangkap nutrien dan sebum serta menggalakkan
pertumbuhan kuman;
d.
Inflamasi
(radang) akibat hasil sampingan kuman Propionibacterium acnes.
E. SASARAN TERAPI
Sasaran terapi jerawat (Anonim, 2006) adalah:
a.
Peningkatan produksi sebum
b.
Perkembangbiakan bakteri penyebab jerawat (P.
acnes)
c.
Inflamasi yang ditandai dengan pembengkakan,
kemerahan, panas, dan nyeri
F. TUJUAN
TERAPI
Tujuan terapi jerawat (Anonim, 2006)
adalah:
a.
Menurunkan
produksi sebum
b.
Mencegah
perkembangan P.acnes
c.
Mengurangi
inflamasi
d.
Menyembuhkan
lesi dan mencegah pembentukan lesi yang baru
e.
Mencegah
terbentuknya jaringan parut
G. PENCEGAHAN
JERAWAT
Menghindari
terjadinya peningkatan jumlah lipis sebum dan perubahan isi sebum dengan cara
diet rendah lemak dan karbohidrat, melakukan perawatan kulit untuk membersihkan
permukaan kulit dari kotoran dan jasad renik yang mempunyai peran pada penyebab
jerawat. Menghindari faktor pemicu juga dapat mencegah jerawat seperti hidup
teratur, cukup istirahat, hindari stress, menjaga emosi, mengindari polusi
debu, penggunaan kosmetik secukupnya, dan menjauhi terpacunya kelenjar minyak
(Djuanda, 2007).
H.
STRATEGI
TERAPI
1)
Non Farmakologi
Mencegah
jerawat selain dengan obat-obatan, dapat juga dilakukan dengan terapi non
farrnakologi. Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan pasien untuk
mengurangi frekuensi dan gejala jerawat adalah perawatan kulit, pemilihan kosmetik
sesuai dengan kondisi kulit, diet makanan, menjaga emosi, dan disarankan untuk
tidak menyentuh jerawat, memijit, dan menggosok jerawat, karena hal tersebut
dapat memperparah kondisi jerawat. Sifat jerawat adalah kumat-kumatan dan kita
tidak dapat menghilangkan jerawat dari tubuh namun kita hanya bisa mengontrol
jerawat bukan menyembuhkanya (Harahap, 2000).
2)
Farmakologi
Pengobatan
jerawat dapat dilakukan dengan memberikan obat topikal, obat sistemik, bedah
kulit, atau kombinasi dari cara tersebut. Banyak obat yang dapat dipilih untuk
pengobatan jerawat salah satunya adalah obat topikal. Tujuan pengobatan topikal
adalah mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan, dan mempercepat
penyembuhan lesi (Djuanda, 2007). Berdasarkan cara kerjanya maka obat jerawat
dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis. Namun yang dapat diperoleh sebagai
obat bebas hanya obat jerawat yang mempunyai efek kreatolitik seperti benzoil
peroksida, asam salisilat, dan resorsinol. Obat bebas untuk jerawat terdapat
dalam bentuk sediaan topical atau obat luar berupa salep, krim, lotion, gel dan
sabun. Sebelum penggunaan obat jerawat, kulit dibersihkan dahulu, sebaiknya
penggunaan dilakukan sesudah mandi. Bila terjadi alergi, pengunaan obat jerawat
dapat dihentikan. (Depkes, 2007).
J. PENATALAKSANAAN (PLAN)
Penatalaksanaan meliputi usaha untuk mencegah
terjadinya erupsi (preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang
terjadi (kuratif). Pencegahan yang dapat dilakukan :
1. Menghindari terjadinya
peningkatan jumlah lipid sebum dan perubahan isi sebum dengan cara:
a. Diet rendah lemak dan karbohidrat.
Meskipun hal ini diperdebatkan efektivitasnya, namun bila pada anamnesis
menunjang, hal ini dapat dilakukan.
b. Melakukan perawatan kulit dengan membersihkan
permukaan kulit.
2. Menghindari terjadinya faktor pemicu terjadinya
akne, misalnya :
a. Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga,
sesuai kondisi tubuh, hindari stress.
b. Penggunaan kosmetika secukupnya, baik banyaknya
maupun lamanya.
c. Menjauhi terpacunya kelenjar minyak,
misalnya minuman keras, makanan pedas, rokok, lingkungan yang tidak sehat dan
sebagainya.
d. Menghindari
polusi debu, pemencetan lesi yang tidak lege artis, yang dapat memperberat
erupsi yang telah terjadi.
Pengobatan
akne vulgaris ringan dapat dilakukan dengan memberikan farmakoterapi seperti :
1.
Topikal
Pengobatan
topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan dan
mempercepat penyembuhan lesi. Obat topikal terdiri dari :
a.
Retinoid
Retinoid topikal merupakan obat andalan
untuk pengobatanjerawatkarena dapat menghilangkan komedo, mengurangi
pembentukan mikrokomedo, dan adanya efek antiinflamasi. Kontraindikasi obat ini
yaitu pada wanita hamil, dan wanita usia subur harus menggunakan kontrasepsi
yang efektif. Kombinasi retinoid topikal dan antibiotik topikal (klindamisin)
atau benzoil peroksida lebih ampuh mengurangi jumlah inflamasi dan lesi
non-inflamasi dibandingkan dengan retinoidmonoterapi. Pasien yang memakai
kombinasi terapi juga menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang lebih cepat.
b. Bahan iritan yang dapat mengelupas
kulit (peeling), misalnya sulfur (4-8%), resorsinol (1-5%), asam salisilat
(2-5%), peroksida benzoil (2,5-10%), asam vitamin A (0,025-0,1%), asam azelat
(15-20%) atau asam alfa hidroksi (AHA) misalnya asma glikolat (3-8%). Efek
samping obat iritan dapat dikurangi dengan cara pemakaian berhati-hati dimulai
dengan konsentrasi yang paling rendah.
c. Antibiotik topikal: oksitetrasiklin
1%, eritromisin 1%, klindamisin fosfat 1%.
d. Antiperadangan topikal: hidrokortison
1-2,5%.
2.
Sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk menekan
aktivitas jasad renik disamping juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi
sebum. Dapat diberikan antibakteri sistemik, misalnya tetrasiklin 250
mg-1g/hari, eritromisin 4x250 mg/hari.
Pemeriksaan
Penunjang Lanjutan
Pada umumnya
tidak diperlukan pemeriksaan penunjang.
Konseling
dan Edukasi
Dokter
perlu memberikan informasi yang tepat pada pasien mengenai penyebab penyakit,
pencegahan, dan cara maupun lama pengobatan, serta prognosis penyakitnya. Hal
ini penting agar penderita tidak mengharap berlebihan terhadap usaha
penatalaksanaan yang dilakukan.
Kriteria
rujukan
Akne vulgaris sedang sampai berat.
K. EVALUASI
PRODUK
1. Freederm gel
Freederm gel merupakan obat jerawat ampuh dalam
bentuk gel yang memiliki kandungan antiinflamasi. Freederm gel dapat membantu
penyembuhan jerawat secara cepat. Harga freederm gel obat jerawat untuk varian
10 gram sebesar Rp 130.000,00.
§ Komposisi : nicotinamide,
alumunium magnesium silikat, asam sitrat, ethanol, hypromellose, polyoxethylene
laurel ether, dan air.
§ Indikasi : mengatasi jerawat
dan mencegah timbulnya jerawat
§ Perhatian : hindari mengaplikasikan
di area sekitar mata
§ Efek samping : iritasi,
kemerahan di kulit dan edema namun sangat jarang terjadi
§ Dosis : oleskan di area yang
berjerawat secara rutin.
§ Anjuran penggunaan : digunakan
setiap sebelum tidur
§ Kemasan : tube
2. Verile acne gel
Verile acne gel merupakan cream jerawat berbentuk
gel yang sekaligus dapat menjadi obat jerawat batu di wajah. Verile acne gel
terbuat dari bahan-bahan alami sehingga sangat aman digunakan. Selain dapat
mengatasi jerawat, verile acne gel juga dapat membantu menyembuhkan bekas luka
dengan pemakaian teratur. Verile acne gel dapat Anda beli di apotek terdekat
dengan harga Rp 19.000,00.
§ Komposisi
: asam salisilat, triclosan, boric acid, allantoin, dan niacinamide
§ Indikasi
: membantu mengatasi dan mencegah jerawat, menyamarkan bekas luka dan
menghilangkan noda bekas jerawat di wajah.
§ Perhatian :
hindari mengoleskan pada area mata
§ Efek
samping : iritasi, kemerahan dan ruam namun sangat jarang
§ Dosis
: oleskan secukupnya secara rutin
§ Anjuran
penggunaan : digunakan setiap sebelum tidur
§ Kemasan
: tube
§ Produksi
: PT Medicon
3. Acnes Creamy Wash 50gr
Komposisi:
|
Isopropylmethylphenol, Vitamin C, Vitamin E
|
Indikasi:
|
Membersihkan wajah, sebagai anti bakteri dan memberi nutrisi
bagi kulit
|
Dosis:
|
Sesuai kebutuhan
|
Penyajian:
|
tuangkan sedikit pada tangan, busakan dan usapkan pada wajah.
Untuk cuci muka
|
Cara Penyimpanan:
|
simpan di tempat yang kering dan terlindung dari cahaya
|
Perhatian:
|
alergi pada komponen obat
|
Efek Samping:
|
reaksi alergi
|
Kemasan:
|
1 Tube
|
Harga:
|
Rp 19.491,- /
Tube
|
Pabrik:
|
PT. Rohto Laboratories Indonesia
|
Deskripsi:
|
Sabun cuci muka yang
memiliki 3 manfaat yaitu membersihkan wajah, sebagai anti bakteri dan
memberikan nutrisi bagi kulit.
|
4. Jf Sulfur Acna Care 90g
Indikasi:
|
Membantu mematikan bakteri yang dapat menyebabkan radang
jerawat. Membersihkan kulit dari kotoran dan minyak yang berlebihan.
|
Kemasan:
|
1 Pcs
|
Harga:
|
Rp 11.839,- /
Pcs
|
Pabrik:
|
PT Gallenium Pharmasia Laboratories
|
Deskripsi:
|
Merawat kulit wajah berjerawat.
|
5. Deo Sulphur Transparent Soap Orange 75gr
Komposisi:
|
Deo Sulphur Transparent Soap, mengandung 2 % bio sulfur,
minyak zaitun, ekstrak rumput laut dan bahan ekstrak alami lainnya
|
Indikasi:
|
Antiseptik dan mengurangi jerawat, menjaga kelembaban kulit
Ekstrak rumput laut mengandung vitamen E yang baik bagi kesehatan kulit
(sebagai antioksidan dan antiaging).
|
Penyajian:
|
seperti pada pemakaian sabun muka biasa
|
Kemasan:
|
1 Pcs
|
Harga:
|
Rp
14.625,- / Pcs
|
Deskripsi:
|
Sabun Deo Sulphur Transparent Orange mampu membantu
menghilangkan jerawat dan melembabkan kulit.
|
6. Kapsida
Komposisi:
Setiap
kapsida mengandung Coriandri Fructus 17 mg, Centellae Herba 35 mg, Imperatae
Rhizoma 14 mg, Amomi Fructus 28 mg, Curcumae domesticae Rhizoma 52 mg,
Languatis Rhizoma 45 mg, Zingiberis aromaticae Rhizoma 52 mg, Burmani Cortex 74
mg, dan Andrographidis Herba 35 mg.
Dosis dan Penggunaan Kapsida : Minum dengan cara teratur 3x dalam
sehari 2 kapsul sebelum makan dan menjelang mau tidur malam.
Produk : Kapsida (Bersih Darah) Kembang Bulan isi 12 kapsul
Harga : Rp. 11.500,-
Indikasi: Membersihkan
darah yang kotor, Mengatasi jerawat di wajah, punggung dan dada, Meringankan
gatal-gatal, Mengatasi kulit bisulan, Mengatasi kulit korengan, Alergi
obat, Melancarkan peredaran darah
L.
SIMULASI
KASUS
Seorang
mahasiswa bernama Mala
(20 tahun) datang ke apotek Cinta Farma Mataram dengan menggunakan masker. Dia
datang dengan keluhan jerawat yang susah hilang yang muncul pada saat menstruasi,
namun tidak bisa hilang walaupun sudah lebih
dari tiga hari pasca menstruasi. Mala merasakan gatal dan
sakit di area wajah dan belum pernah ke dokter. Selain itu Mala juga jarang
membersihkan muka dan sering makan coklat pada saat menstruasi untuk
memperbaiki moodnya.
ANAMNESA
1. Jerawat
yang tak kunjung hilang lebih dari 3 hari pasca menstruasi
2. Rasa
gatal dan sakit
§ Berdasarkan keluhan yang disampaikan Mala, dapat
dipastikan dia infeksi P.acnes. Oleh
karena itu maka disarankann untuk menggunakan obat jerawat, seperti:
Disarankan 3 obat kepada pasien :
1.
Verile Acne gel
Harga :Rp. 19.000,- /tube
2. Kapsida
Harga: Rp. 11.500,-
3.
Jf sulfur
Harga: Rp. 11.839,-
Obat yang dipilih yaitu Verile
Acne Gel dan Kapsida:
Verile Acne Gel
untuk pemakaian luar (topikal)
§ Komposisi
: asam salisilat, triclosan, boric acid, allantoin, dan niacinamide
§ Indikasi
: membantu mengatasi dan mencegah jerawat, menyamarkan bekas luka dan
menghilangkan noda bekas jerawat di wajah.
§ Perhatian :
hindari mengoleskan pada area mata
§ Efek
samping : iritasi, kemerahan dan ruam namun sangat jarang
§ Dosis
: oleskan secukupnya secara rutin
§ Anjuran
penggunaan : digunakan setiap sebelum tidur
Kapsida
untuk pemakaian dalam (oral)
Komposisi:
Setiap
kapsida mengandung Coriandri Fructus 17 mg, Centellae Herba 35 mg, Imperatae
Rhizoma 14 mg, Amomi Fructus 28 mg, Curcumae domesticae Rhizoma 52 mg,
Languatis Rhizoma 45 mg, Zingiberis aromaticae Rhizoma 52 mg, Burmani Cortex 74
mg, dan Andrographidis Herba 35 mg.
Dosis dan Penggunaan Kapsida : Minum dengan cara teratur 3x dalam
sehari 2 kapsul sebelum makan dan menjelang mau tidur malam.
Produk : Kapsida (Bersih Darah) Kembang Bulan isi 12 kapsul,
Indikasi: Membersihkan
darah yang kotor, Mengatasi jerawat di wajah, punggung dan dada, Meringankan
gatal-gatal, Mengatasi kulit bisulan, Mengatasi kulit korengan, Alergi
obat, Melancarkan peredaran darah
Terapi
Non Obat
1. Jaga
kebersihan wajah minimal dengan mencusi muka dua kali sehari
2. Hindari
mengkonsumsi makanan yang dapat memicu timbulnya jerawat seperti cokelat,
gorengan, dan semua makanan yang berminyak
3. Perbanyak
konsumsi sayuran
4. Hindari
menyentuk jerawat dengan jari yang tidak bersih
M.
PENUTUP
Swamedikasi
jerawat dan biang keringat dapat dilakukan dengan mengacu pada penatalaksanaan jerawat,
mempertimbangkan keluhan pasien, riwayat penggunaan obat pasien, jenis batuk,
kemudian rencanakan terapi non farmakologis dan terapi farmakologis seperti salep,
krim, lotion, gel dan sabun contohnya benzoil
peroksida, asam salisilat, dan resorsinol.
DAFTAR PUSTAKA
Davay, P., 2005, At
A Glance Medicine, Erlangga, Jakarta.
Depkes, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas, Direktorat Bina Farmasi Komunitas
Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.
Depkes,2007, Kompendia
Obat Bebas, cetakan ketiga, Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.
Depkes, 2008, Informasi
Obat Nasional Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia, Jakarta.
Djuanda, A., 2007, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 254-246, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Djuanda, A.,
Hamzah, M. dan Aisyah, S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi
Kelima. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta
Enny, S., 2000, Rosasea dan Akne Vulgaris, dalam:
Harahap, Marwali., Ilmu Penyakit Kulit, Hipokrates,
Jakarta.
Harahap, M., 2000, Ilmu Penyakit Kulit, Hipokrates, Jakarta.
Ismail, K. H., & Mohammed-Ali, K. B., 2012, Quality of life in
patients with acne in Erbil city, Department
of Community Medicine, Hawler Medical University, Erbil, Iraq.
James, W. D., 2005, Acne, The New England Journal Of Medicine,
352(14), 146-1472.
Khalid, T., &
Iqbal, T., 2010, Trends Of Self
Medication In Patients With Acne Vulgaris, JUMDC,
1(1), 10-13.
Kristiana, S.,
Prabandari, Y., & Sudjaswadi, R., 2008, Perilaku
Pengobatan Sendiri yang Rasional pada
Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman, Majalah
Farmasi Indonesia, 19(1), 32-40.
Marek, A. S., 2006,
Acne dan Keadaan Terkait, dalam:
Price, S. A.& Wilson, L. M.,Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, edisi 6, Hal: 1422-1424, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Panduan
Praktik Klinis Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 2014. Jakarta:
Dirjen Bina Upaya Kesehatan.
Wasitaatmadja,
S. M. (2007). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta. Penerbit
Universitas Indonesia.
Hal. 3.
Comments
Post a Comment