LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI | PENGENALAN ALAT SPEKTROFOTOMETER UV-VIS KALIBRASI DAN PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM
PENGENALAN
ALAT SPEKTROFOTOMETER UV-VIS KALIBRASI DAN PENGUKURAN PANJANG GELOMBANG
MAKSIMUM
A. PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
1. Tujuan
Praktikum
a. Untuk
memaham prinsip kerja alat spektrofotometer UV-Visible.
b. Untuk
mengetahui cara mengkalibrasi alat spektrofotometer UV-Visible.
c. Untuk
mengetahui cara menentukan nilai λ maks (panjang gelombang maksimum) sebagai
parameter penting dalam analisa spektrofotometri UV-Vis.
2. Tanggal
Praktikum
Sabtu, 30
September 2017
3. Tempat
Praktikum
Lantai 3,
Laboratorium Farmasi, Universitas Mataram.
B. PRINSIP
KERJA
Radiasi pada rentang panjang gelombang
200-700 nm dilewatkan melalui suatu larutan senyawa. Elektron-elektron pada
ikatan di dalam molekul menjadi tereksitasi sehingga menempati keadaan kuantum
yang tinggi dan dalam proses menyerap sejumlah energy yang melewati
larutan-larutan tersebut. Semakin longgar elektron tersebut di tahan di dalam
ikatan molekul, maka semakin panjang gelombang (energy lebih rendah) radiasi
yang diserap (Huda, 2001).
C. LANDASAN
TEORI
Spektrofotometri UV-Visile merupakan
metode analisa yang didasarkan pada pengukuran penyerapan sinar monokromatik
oleh senyawa tak berwarna di jalur spectrum ultraviolet (200-380 nm). Metode
ini menggunakan sumber radiasi elektromagnetik dan sinar tampak dengan
menggunakan instrument yang di dasarkan pada hukum Bounger-Lambert-Beer, yang
menetapkan bahwa absorbansi larutan berbanding lurus dengan konsentrasi analit.
Adapun prinsip dasar kerja dari spektrofotometer yang meliputi daerah UV yang
terdiri dari cahaya interval panjang gelombang yang melewati dengan pelarut dan
jatuh ke fotolistrik yang mengubah energy radiasi menjadi energy listrik
(Gandimathi, 2012).
Spektrofotometri Ultra Violet dan cahaya
tampak berguna pada penentuan struktur molekul organic dan pada analisa
kuantitatif. Spectrum elektron suatu molekul adalah hasil transmisi antara dua
tingkat energy elektron pada molekul tersebut. Molekul-molekul yang memerlukan
lebih banyak energy untuk promosi elektron akan menyerap pada panjang gelombang
yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang
(Creswell, 2005).
Panjang gelombang cahaya UV-Vis jauh
lebih pedek darpada panjang gelombang inframerah. Satuan yang digunakan untuk
menentukan panjang gelombang ini adalah monokromator (1 nm = 10-7
cm). Spectrum tampak kisaran 400 nm (ungu) sampai 750 nm (merah) sedangkan
spectrum UV adalah 100-400 nm (Day and Underwood, 2002).
Radiasi UV-Vis berenergi lebih tinggi
daripada radiasi inframerah. Absorbs cahaya UV atau Visile mengakibatkan
transmisi elektromagnetik yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan
dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan yang berenergi lebih tinggi,
transisi ini memerlukan energy 40-330 kkal/mol. Energy yang terserap
selanjutnya terbang sebagai cahaya atau tersalurkan melalui reaksi kimia isomerasi
atau reaksi kimia lainnya (Day and Underwood, 2002).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam analisis spektrofotometri UV-Vis senyawa terutama untuk senyawa yang
semula tidak berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri UV-Vis
senyawa tersebut harus diubah menjadi senyawa yang berwarna. Karena pembentukan
molekul yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut. Sepktrofotometri
yang sesuai dengan pengukuran daerah spectrum UV dan Visible terdiri atas
sesuatu system optic dengan kemampuan menghasilkan sinar monoktromatis dalam
jangkauan panjang gelombang 200-800 nm. Dengan komponen-komponen meliputi
sumber sinar, monokromator dan system optic (Gandjar, 2012).
Dalam analisis kuantitatif, komponen
organic dapat di identifikasi dengan menggunakan spektrofotometer apabila data
standar tersedia. Dan analisis spektrofotometri kuantitatif digunakan untuk
mengetahui kuantitas dari senyawa atau spesies kimia menyerap radiasi. Teknik
spektrofotometri sangat sederhana, cepat, spesifik, dan aplikatif untuk
komponen dengan jumlah yang kecil. Hukum yang sangat fundamental dalam analisis
kuantitatif ini adalah hukum Lambert-Beer (Behera, dkk, 2012).
Panjang gelombang maksimum (λ maks)
merupakan panjang gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan
absorbansi maksimum. Alasan dilakukan pengukuran pada panjang gelombang
maksimum adalah perubahan absorban untuk setiap satuan kosentrasi adalah paling
besar pada panjang gelombang maksimum, sehingga akan diperoleh kepekaan
analisis yang maksimum. Penentuan panjang gelombang pada penelitian ini
dilakukan dengan mengukur absorbansi dari parasetamol pada panjang gelombang
ultraviolet yaitu antara panjang gelombang 200 nm – 400 nm (Tulandi, 2015).
Kurva baku adalah kurva yang diperoleh
dengan memplotkan nilai absorban dengan kosentrasi larutan standar yang
bervariasi menggunakan panjang gelombang maksimum. Kurva ini merupakan hubungan
antara absorbansi dengan kosentrasi. Bila hukum Lambert- Beer terpenuhi maka
kurva kalibrasi berupa garis lurus. Pada pembuatan kurva baku ini digunakan
persamaan garis yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil yaitu y = bx +a,
Persamaan ini akan menghasilkan koefisien korelasi (r) (Tulandi, 2015).
D. ALAT
DAN BAHAN
1. Alat-alat
Praktikum
a. Kuvet
b. Pipet
tetes
c. Spektrofotometer
UV-Vis
2. Bahan-bahan
Praktikum
a. Aquadest
(H2O)(l)
b. Methanol
E. PROSEDUR
PERCOBAAN
1. Kalibrasi
Alat Spektrofotometer UV-Vis
Alat
Spektrofotometer
- Dinyalakan
selama 15 menit.
Hasil
Larutan Blangko
-
Dimasukkan ke dalam
kuvet.
Hasil
Alat Spektrofotometer
-
Dipilih menu aplikasi
wavelength scan.
-
Dilakukan kalibrasi
dengan larutan blangko dengan autozero.
-
Disetting nilai
absorbansi = 0
-
Disetting nilai
transmitansi = 100%
Hasil
2. Menentukan
panjang gelombang yang memiliki nilai absorbansi maksimum (λ maks)
Alat Spektrofotometer
- Digunakan
range panjang gelombang sinar UV 180-400 nm.
-
Dimasukkan sampel
kedalam kuvet.
-
Dilakukan scaning λ
maks untuk sampel methanol hingga dihasilkan λ maks.
-
Dibuat grafik hubungan
nilai absorbansi sebagai fungsi panjang gelombang.
Hasil
F. HASIL PENGAMATAN
·
Nama senyawa = Methanol
·
λ maks = 198 nm
G. ANALISIS
DATA
-
H . PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan
percobaan pengenalan alat spektrofotometer UV-Vis, Kalibrasi dan pengukuran
panjang gelombang maksimum. Spektroskopi UV-Vis merupakan teknik analisis
spektroskopi dengan menggunakan sumber radiasi elektromagnetik dan sinar tampak
dengan menggunakan instrument. Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk
memahami prinsip kerja alat spektrofotometer UV-Visible, untuk mengetahui cara
mengkalibrasi alat spektrofotometer UV-Vis, dan untuk mengetahui cara
menentukan nilai λ maks (panjang gelombang maksimum) sebagai parameter yang
penting dalam analisa spektrofotometri UV-Vis.
Adapun prinsip kerja dari
spektrofotometer UV-Vis didasarkan pada hukum Lambert-Beer, bila cahaya
monokromatik (Io) melalui suatu media maka sebagian cahaya tersebut ada yang
diserap (Ia) sebagian dipantulkan (Ir) dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Pada percobaan ini dilakukan dua
perlakuan yaitu yang pertama pengkalibrasian alat spektrofotometer UV-Vis dan
yang kedua mengukur panjang gelombang maksimum suatu sampel. Bahan yang
digunakan yaitu Metanol dan Aquadest. Keaditifan absorbansi larutan ini
dilakukan dengan mengukur absorbansi Metanol dengan panjang gelombang 180 - 400
nm dengan menggunakan alat spektrofotometer. Sebelum melakukan pengukuran
absorbansi, spektrofotometer harus dikalibrasi dulu sehingga larutan blangko
menjadi 100% atau absorbansinya sama dengan 0% dengan mengatur celah-celah
keluar monokromator dan kepekaan dari amplifator.
Pada spektrofotometer UV-Vis, sinar yang
melewati suatu larutan akan diserap oleh senyawa – senyawa dalam larutan
tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawanya yang
ada. Konsentrasi dan tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi
konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, maka makin banyak sinar yang diserap.
Berbeda dengan spektrofotometri Visible, pada spektrofotometri UV berdasarkan
interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190 - 380
nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deunterium. Deunterium disebut
juga heavy hydrogen, dia merupakan isotope hydrogen yang stabil yang terdapat
berlimpah di laut dan daratan. Inti atom deunterium mempunya satu proton dan
satu neutron, sementara hydrogen hanya memiliki satu proton dan tidak memiliki
neutron. Nama deuterium di ambil dari bahasa Yunani, deuteras yang berarti dua,
mengacu pada intinya yang memiliki dua partikel. Karena sinar UV tidak dapat di
deteksi dngan mata kita maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang
merupakan senyawa yang tidak memiliki warna, bening, dan transpara. Oleh karena
itu sampel tidak perlu dibuat berwarna dengan penambahan reagen tertentu.
Bahkan sampel dapat langsung dianalisa meskipun tanpa preparasi. Namun perlu di
ingat bahwa sampel keruh tetap harus dibuat jernih dengan filtrasi atau
sentrifugasi (Petruci, 1987).
Setelah dilakukan kalibrasi alat,
kemudian dilakukan pengukuran panjang gelombang maksimum dengan mengukur
absorbansinya. Larutan yang akan diukur yaitu Metanol dimasukkan ke dalam kuvet
dan larutan blangko dimasukkan ke dalam kuvet lain. Pada percobaan ini
digunakan Aquades sebagai larutan blangko. Karena larutan blangko yang
digunakan sesuai dengan pelarut. Setelah didapatkan nilai absorbansinya dengan
panjang gelombang tertentu, maka dibuat grafik kurva kalibrasinya, dimana dapat
ditentukan nilai panjang gelombang maksimal dimana absorbansi berilai maksimum.
Sehingga didapat hasil bahwa nilai absorbansi maksimum methanol yaitu 3,9 dan
didapatkan pada panjang gelombang maksimum 198 nm.
Spektrofotometer merupakan alat analisis
yang dapat digunakan untuk keperluan kualitatif dan kuantitatif dengan cara
melewatkan sinar melalui suatu larutan serta untuk mengukur transmitasi atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer UV-Vis
dapat dilakukan penentuan terhadap sampel yang berupa larutan perlu
diperhatikan beberapa persyaratan pelarut antara lain pelarut yang digunakan
tidak menggunakan ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya dan
tidak berwarna, tidak terjadi interaksi dengan senyawa yang dianalisa serta
kemurniannya harus tinggi.
Spectrum absorbansi yang diberikan atau
yang diperoleh dapat memberikan informasi panjang gelombang dengan absorbansi
maksimum dari senyawa atau unsur. Panjang gelombang dan absorban yang
dihasilkan selama proses analisis digunakan untuk membuat kurva strandar.
Konsetrasi suatu senyawa atau unsur dihitung dari kurva standar yang diukur
pada panjang gelombang dengan absorban maksimum. Pada spektrofotometer UV-Vis
warna yang diserap oleh suatu senyawa adalah warna komplementer dari warna yang
teramati. Hal tersebut dapat diketahui dari larutan berwarna yang memiliki
serapan maksimum pada warna komplementernya. Namun apabila larutan berwarna
dilewati radiasi atau cahaya putih, maka radiasi tersebut pada panjang
gelombang tertentu akan diserap secara selektif sedangkan radiasi yang tidak
diserap akan diteruskan.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Spektrofotometer
UV-Vis merupkan teknik analisa yang menggunakan interaksi materi dengan radiasi
elektromagnetik dengan prinsip berdasarkan hukum Lambert-Beer yaitu bila cahaya
tersebut ada yang diserap (Ia) sebagian dipantulkan (Ir) dan sebagian lagi
dipancarkan atau diteruskan (It).
2. Kalibrasi
dapat dilakukan dengan cara memilih wavelength scan yang kemudian kalibrasi
lerutan blangko dengan autozero. Kalibrasi ini dilakukan agar larutan blangko
menjadi 100% atau absorbansinya 0% dengan mengatur celah-celah keluar
monokromator.
3. Panjang
gelombang maksimum (λ maks) dapatdicari dengan mengukur nilai absorbansi
maksimumnya. Pada percobaan ini didapat nilai absorbansi maksimum sebesar 3,9
ehingga λ maks nya didapat 198 nm.
DAFTAR
PUSTAKA
Behera, S. dkk. 2012. UV-Visible Spectrophotometric Method
Development and Validation of Assay of Paracetamol Tablet Formulation.
Analytical and Bioanalytical Techniques. Department of Quality Assurance and
Pharma Regulatory Affairs. Gupta College of Technological Sciences. India.
Cresswell, C. J. 2005. Analisis Spektrum Senyawa Organik.
Bandung : ITB.
Day, R. A dan A. L. Underwood.
2002. Analisis Kimia Kuantitatif.
Jakarta : Erlangga.
Huda, N. 2001. Pemeriksaan Kinerja Spektrofotometer UV-Vis GBC 911A Menggunakan
Pewarna Tartazine CL-19140. Batan : Sigma Epsilon.
Gandhimathi, R. dkk. 2012. Analytical Process of Drugs by Ultraviolet
(UV) Spectroscopy – A Review. India : Deparment of Pharmaceutical Analysis,
Sree Vidyanikethan College of Pharmacy.
Gandjar, I. G dan Rohman, A. 2012. Analisis Obat secara Spektroskopi dan Kromatografi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Petruci, R. 1987. Kimia Dasar Edisi 4 Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Tulandi, G. P. dkk. 2015. Validasi Metode Analisis Untuk Penetapan
Kadar Paracetamol dalam Sediaan Tablet secara Spektrofotometri Ultraviolet.
Manado : Prodi Farmasi dan FMIPA UNSRAT.
Comments
Post a Comment