Titrasi Argentometri | Laporan Praktikum Kimia Analisis



ACARA V

TITRASI PENGENDAPAN: PENETAPAN KADAR NaCl

(TITRASI ARGENTOMETRI)


A.      PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.         Tujuan Praktikum           
a.    Membuat larutan AgNO3 0,1 N.
b.    Standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl.
c.    Penetapan kadar klorida dalam sampel garam dapur.
2.         Hari, Tanggal Praktikum
Rabu, 21 Desember 2016
3.         Tempat Praktikum          
Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B.       LANDASAN TEORI
Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya adalah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran; tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indicator untuk melihat titik akhir titrasi (Khopkar,1990).
Argentometri yakni titrasi yang menyangkut penggunaan larutan AgNO3. Argentometri dimana terbentuk endapan (ada juga argentometri yang tergolong pembentukkan kompleks) dibedakan menjadi  tiga macam berdasarkan indikator yang dipakai untuk penentuan titik akhir titrasi yaitu ; pertama cara Mohr yaitu indikator yang digunakan adalah indikator K2CrO4, titrannya AgNO3. Terutama untuk menentukkan garam klorida dengan titrasi langsung atau mnentukkan garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambahkan larutan baku NaCl berlebih. Kedua yaitu cara Volhar, menggunakan indikator Fe3+, titrannya KSCN atau NH4SCN untuk menentukkan garam perak dengan titrasi langsung atau garam-garam klorida, bromida, iodida, tiosianat, juga untuk anion-anion lain yang lebih mudah larut dari AgSCN, tetapi dengan usaha khusus. PH harus cukup rendah sekitar 0,3 MH+, agar Fe3+ tidak terhidrolisa. Dan yang ketiga adalah cara Fajans, indikator yang digunakan adalah indikator adsorben menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+, titran AgNO3 , pH tergantung dari macam anion dan indikator yang dipakai (Harjadi, 1986).
Sturdi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa paling nyaman apabila dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disebut titrasi (titration). Dalam percobaan titrasi suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti disebut sebagai larutan standar (standard solution) atau larutan baku, yang ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurns. Jika kita mengetahui volume larutan standar dan larutan tidak diketahui yang digunakan dalam titrasi, maka kita dapat menghitung konsentrasi larutan yang tidak diketahui itu (Chang, 2005).
  Pembakuan larutan AgNO3 dengan NaCl, dapat dilakukan dengan mengambil beberap mL larutan NaCl dengan konsentrasi tertentu (atau N) menggunakan pipet volume, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Tambahkan larutan K2CrO4, kemudian diaduk. Titrasi dengan AgNO3 hingga terjadi perubahan warna menjadi merah kecoklatan. Catat volume AgNO3 yang digunakan dan dhitung normalitas larutan baku AgNO3 dengan rumus sebagai berikut :


Dimana V NaCl adalah jumlah volume NaCl yang digunakan, N NaCl merupakan Normalitas dari NaCl, dan V AgNO3 merupakan volume AgNO3 yang digunakan untuk titrasi (Tilawati, dkk ; 2015).
Metode Mohr pada titrasi argentometri (titrasi pengendapan) biasanya sering kali digunakan untuk menentukkan kadar klorida dalam suatu sampel. Metode ini biasanya di cirikan dengan adanya penggunaan indikator berupa K2CrO4 (Kalium Kromat) (Bramha, dkk ; 2008).
itrasi argentometri dipakai untuk menentukkan besarnya kadar garam pada sampel. Penggunaan argentometri dalam penentuan kadar suatu zat dalam larutan dengan mengacu kepada titrasi berdasarkan pembentukkan endapan dengan ion Ag+. Khusus dalam penelitian ini, setelah larutan garam ditambahkan indikator kemudian dititrasi dengan larutan AgNO3. Indikator yang pakai adalah K2CrO4 5 % (3 mL) yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna dari kuning jernih ke merah keruh pada akhir titrasi. Hasil penelitian setelah dititrasi dengan AgNO3 , setelah NaCl habis, maka AgNO3 bereaksi dengan indikator K2CrO4. Bentuk endapan yang dihasilkan dalam penelitian ini berwarna merah bata, dengan reaksi 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)            Ag2CrO4 (aq) (endapan merah bata) (Salosa, 2013).

C.       ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1.      Alat-Alat praktikum:
a.       Buret 50 mL
b.      Corong kaca 60 mm
c.       Erlenmeyer 250 mL
d.      Gelas arloji
e.       Gelas kimia 100 mL
f.       Gelas ukur 25 mL
g.      Labu ukur 100 mL
h.      Kertas label
i.        Pipet tetes
j.        Spatula
k.      Statif
l.        Timbangan analitik
m.    Tissu
2.      Bahan-Bahan:
a.       Aquades ( H2O(l) )
b.      Natrium klorida ( NaCl(s) )
c.       Kalium kromat  ( K2CrO4(s) )
d.      Perak nitrat  ( AgNO3(s)  )

D.      SKEMA KERJA
                                      

                                    

E.       HASIL PENGAMATAN
1.      Tabel perubahan fisik yang terjadi
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
a.        
Pembuatan AgNO3
·   Ditimbang AgNO3 9,496 gr
·   Dilarutkan dalam 500 mL aquades

·   Warna AgNO3 : putih
·   Warna larutan : bening
b.       
Standarisasi larutan AgNO3
·   20 mL larutan NaCl 0.01 N
·   + 15 tetes ( 1 mL) indikator K2CrO4 5 %
·   Dititrasi dengan AgNO3

·   Warna larutan : bening
·   Warna larutan : bening

·   Warna larutan : kuning susu dan ada endapan putih
c.        
Penetapan kadar NaCl dalam sampel
·   0,45 gram garam dapur
·   Dilarutkan hingga 100 mL
·  Diambil 25 mL larutan
·   + 1 mL indikator K2CrO4 5 %
·  Dititrasi dengan AgNO3

·    Warna padatan : putih
·    Warna larutan : bening
·    Warna larutan : bening
·    Warna larutan : kuning
·     Warna larutan : kuning susu dan ada endapan putih

2.      Tabel volume titran yang digunakan
No.
Perlakuan
Volume titran
a.
 Standarisasi larutan AgNO3
16,7 mL
b.
Penetapan kadar NaCl dalam sampel
19,5 mL

F.        ANALISIS DATA

2.      Perhitungan


G.      PEMBAHASAN
Argentometri atau titrasi pengendapan adalah penetapan kadar zat yang didasarkan atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan titer perak nitrat (AgNO3). Pada argentometri, ion perak memegang peranan penting dalam pembentukan endapan. Cara ini dipakai untuk penetapan kadar ion halida, anion yang dapat membentuk endapan garam perak, atau untuk pentapan kadar perak tersebut.
Dalam praktikum kali ini memiliki tujuan sebagai berikut: membuat larutan AgNO3 0,1 N, standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl, dan penetapan kadar NaCl dalam sampe garam dapur. Pada percobaan pertama yaitu membuat larutan AgNO3 0,1 N. dimana 9,496 gram AgNO3.xH2O ditimbang, kemudian dioven selama 2 jam. Proses pengovenan bertujuan untuk memisahkan hidratnya yang terperangkat pada butiran/Kristal AgNO3.xH2O, dimana air (hidratnya) dan pengotor yang terperangkap pada hidratnya menguap, sehingga didapatkan AgNO3 yang murni. Namun percobaan pertama tidak dilakukan pada praktikum kali ini.
Pada percobaan kedua yaitu, standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl. Standarisasi larutan AgNO3 bertujuan untuk mengetahui konsentrasi larutan AgNO3 agar dapat dijadikan larutan baku sekunder. Meskipun pada percobaan pertama telah dilakukan pembuatan larutan AgNO3 0,1 N, namun supaya konsentrasi AgNO3 lebih tepat dan akurat sehingga diperlukan standarisasi. Dalam hal ini, larutan AgNO3 distandarisasi dengan larutan standar primer NaCl 0,1 N. Kemudian untuk dapat mengetahui titik akhir titrasi, digunakan larutan kalium kromat (K2CrO4) encer. Indicator kalium kromat digunakan karena beberapa hal diantaranya, dapat berlangsung pada suasana netral, nilai Ksp (hasil kali kelarutan). Jika indicator kalium kromat digunakan dalam suasana asam, maka ion CrO4, sebagian akan berubah menjadi Cr2O72- menurut reaksi;
2 H+(aq) + 2CrO4 2+(aq)           Cr2O72-(aq) + H2O(l)
Dan jika pada suasana basa maka akan terbentuk endapan AgOH yang selanjutnya teruari menjadi Ag2O sehingga titran terlalu banyak terpakai. Menurut reaksi
2Ag+(aq) + 2OH(aq)           AgOH(s) +  Ag2O(s) +  H2O(l)
Reaksi tersebutlah yang mengurangi konsentrasi indicator dan menyebabkan tidak timbul endapannya atau sangat terlambat. Namun jika suasananya netral antara (6 dan 10) pada saat titrasi akan terbentuk endapan putih AgCl dan indikasi titik akhir tercapai terbentuknya endapan berwarna putih yang berasal dari . Kemudian ditinjau dari hasil kali kelarutannya, Ksp AgCl lebih rendah dibandingkan Ag2CrO4. Dimana Ksp yang lebih rendah akan lebih mudah bereaksi dan membentuk endapan, dimana pada praktikum ini terbentuk endapan putih AgCl, dan volume yang dibutuhkan mencapai titik akhir titrasi adalah 16,7 ml, sehingga didapatkan normalitas AgNO3 sebesar 0,1198 N.
Pada percobaan ketiga, prinsipnya sama dengan pada percobaan kedua. Namun, pada percobaan ketiga ini larutan AgNO3 yang telah distandarisasi digunakan untuk menentukan kadar NaCl dari sampel garam dapur. Berdasarkan hasil percobaan volume titrasi yang digunakan adalah 19,5 ml, hal yang sama juga terjadi antara percobaan kedua dan ketiga. Kemudian kadar NaCl dalam sampel 0,45 gram sebanyak 136,66185 mg dan dengan persentase sebesar 30,3693 %.

H.      KESIMPULAN
            Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat kesimpulan bahwa:
1.      Untuk membuat larutan AgNO3 0,1 N dapat dilakukan dengan mengoven AgNO3.xH2O selama 2 jam untuk memurnikan AgNO3 dari pengotor-pengotornya kemudian dilarutkan dalam aquades.
2.      Pada standarisasi AgNO3 digunakan indicator K2CrO4 , karena lebih dan untuk mengetahui titik akhir titrasi yang ditandai terbentuknya endapan putih yang berasal dari AgCl dan indicator K2CrO4 juga bereaksi pada suasana netral. Sehingga didapatkan normalitas AgNO3 sebesar 0,1198 N.
3.      Penentuan kadar NaCl dalam garam dapur dilakukan dengan cara titrasi argentometri dimana diperoleh kadarnya 136,66185  mg dan 30,3693 %.










DAFTAR PUSTAKA
                  
Brahmana, Satyanarayan, dkk. 2008. Spatial Variation in Hydrologycal       Characteristics of Chilika – A Coastal Lagoon of Indi. India : Depatment of Marine Sciences, Berhampur University.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Salosa, Yenni Y. 2013. Uji Kadar Formalin, Kadar Garam dan Total Bakteri Ikan Asin Tenggiri Asal Kabupaten Sarmi Provinsi Papua. Papua : Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Papua.
Tilawati, Wahyu, dkk. 2015. Identifikasi dan Penetapan Kadar Klorin (Cl2) dalam Beras Putih di Pasar Tradisional Klepu dengan Metode Argentometri. Klaten : Prodi D III Farmasi, STIKES Muhammadiyah Klaten.






Comments