FTIR | ANALISIS GUGUS FUNGSI PARASETAMOL DENGAN SPEKTROFOTOMETRI FTIR Laporan Praktikum ANFAR |
ANALISIS
GUGUS FUNGSI PARASETAMOL DENGAN SPEKTROFOTOMETRI FTIR
A. PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
1. Tujuan
Praktikum
a. Memahami
prinsip identifikasi senyawa organic melalui teknik analisa FTIR.
b. Mengidentifikasi
gugus fungsional senyawa organic dari hasil analisa FTIR.
2. Waktu
Praktikum
Sabtu, 7 Oktober 2017
3. Tempat
Praktikum
Lantai III,
Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Mataram.
B. PRINSIP KERJA
Rentan radiasi elektromagnetik yang berkisar antara
400 cm-1 dan 4000 cm-1 (2.500-20.000 nm) dilewatkan pada
suatu sampel kemudian akan diserap oleh ikatan – ikatan molekul di dalam sampel
sehingga molekul tersebut meregang atau bisa jadi menekuk. Panjang gelombang
yang diserap merupakan ciri khas ikatan dari senyawa yang diserap merupakan
ciri khas ikatan dari senyawa yang menyerapnya (Watson,2009).
C. LANDASAN
TEORI
Salah
satu jenis spektroskopi adalah infra-red (IR). Spektroskopi ini didasarkan pada
vibrasi suatu molekul. Spektroskopi IR merupakan suatu metode yang mengamati
interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada rentang
panjang gelombang 0,75-1000nm atau pada bilangan gelombang 13.000-10cm-1. Spektroskopi
IR sangat berguna untuk analisis kualitatif dari senyawa organic karena
spectrum yang unik dihasilkan oleh setiap senyawa organic dengan puncak
structural yang sesuai dengan fitur yang berbeda. Selain itu masing-masing
kelompok fungsional menyerap sinar IR pada frekuensi yang unik. Sebagai contoh
sebuah gugus karbonil, C=O selalu menyerap sinar IR pada 1.670 - 780 cm-1 yang menyebabkan ikatan
karbonil meregang (Silverstein,2002).
Spektroskopi
FTIR merupakan suatu teknik analisis yang cepat, sederhana dan nondestruktif
dengan seluruh sifat kimia dalam contoh dapat diungkapkan dan dimunculkan pada
spektum FTIR. Profil spectrum FTIR ekstrak etanol tiga jenis bahan yang
digunakan memberikan pola yang sangat identik satu sama lainnya terkecuali nilai
absorbans tiap spectrum yang menandakan bahwa senyawa kimia yang terkandung
hamper sama hanya berbeda pada kadarnya. Pada pembuaan spectrum FTIR , ekstrak
yang telah dikeringkan selanjutnya sicampurkan secara seragam dengan KBr
membentuk pellet menggunakan peralatan kempa manual. Spektrum FTIR dibuat
menggunakan spektrofotometer FTIR tensor 37 dengan detector DTS didaerah IR
tengah pada resolusi 4cm-1 dengan jumlah payar 32 yang dioperasikan
dengan peranti lunak opus 4,2 (Purwakusumah, dkk, 2014).
Tidak
ada pelarut yang sama sekali transparan terhadap sinar IR, maka cuplikan dapat
diukur sebagai padatan atau cairan murninya. Cuplikan padat digerus pada mortar
kecil bersama Kristal KBr kering dalam jumlah sedikit (0,5 - 2mg cuplikan
sampai 100 mg KBr kering) campuran tersebut di pres diantara 2 sekrup dan baut
berisi tablet cuplikan tipis diletakan di tempat sel spektrofotometer IR dengan
lubang megarah ke sumber radiasi(Hendayana, dkk, 2000).
Kemurniaan
kafein hasil isolasi dapat dikaraktristik dengan spektorofotometer IR dan gugus
fungsi akan memberikan hasil pengukuran angka gelombang yang spesifik.
Pengukuran dilakukan pada daerah 600-4000 cm -1 karena pada daerah
ini digunakan terutama dalam karakteristik senyawa organic. Semakin besar %
transmitan yang didapat semakin banyak frekuensi yang diteruskan dan sebaliknya
semakin banyak frekuensi yang diserap dan semakin sedikit frekuensi yang
diteruskan (Dachriyanus dalam Misfadhila, dkk, 2016).
Analisis
FTIR dilakukan berdasarkan perbedaan gugus fungsi lemak babi dan lemak coklat
yang diukur pada bilangan gelombang 4000-650 cm-1. Spektrum FTIR
lemak babi memilikinarea tertentu yang tidak muncul dalam spectrum FTIR lemak
lainnya. Daerah yang khas dari puncak yang relative tinggi pada gelombang
3000-310 cm-1. Spektrum FTIR dari lemak babi dan coklat secara
visual terlihat mirip, tapi masih ada perbedaan dalam intensitas band yang
dihasilkan serta frekuansi serapan maksimum yang berbeda satu sama lain. Dapat
dikatakan FTIR dan GCMs merupakan metode spektroskopi yang cepat serta
akurat(Supraman, dkk, 2015).
D. ALAT
DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat
Praktikum
a. Cetakan
sampel
b. Dudukan
sampel
c. FTIR
Spektrum one Perkin Elmer
d. Hands-Press
e. Mortar
f. Personal
computer(PC)
g. Skelpel
h. Stemper
2. Bahan-bahan
Praktikum
a. Parasetamol
tablet (sanmol)
b. Serbuk
KBr kering
E. SKEMA
KERJA
1.
Peparasi
Sampel Dengan Teknik Cakram KBr
Diambil beberapa bagian
parasetamol tablet dan dimasukkan kedalam mortar. Ditambahkan serbuk KBr sebanyak 99 bagian ke dalam
mortar berisi paracetamol.Digerus hingga homogeny. Dimasukkan campuran (tablet paracetamol + KBr) yang
telah homogen ke dalam cetakan pellet. Diletakkan cetakan kedalam hand press.
Disetting kembali hand press
ke nomer 12, ditekan dan diamkan selama 20 detik (tekanan tinggi).
Dikeluarkan dari cetakan.
Hasil (pellet trasparant)
2.
Identifikasi Gugus Fungsi Paracetamol
Dimasukkan sampel yang berupa
pellet ke dalam alat FTIR spectrum One Perkin Elmer 3 mL HNO3 pekat. Diklik sampel view, ditulis nama sampel dan diklik scan untuk
proses analisis sampel. Hasil berupa spektra
F. HASIL
PENGAMATAN
1. Struktur
Paracetamol
2. Analisis
Spektra FTIR Paracetamol
3. Tabel Gugus Fungsi dan Rentang Bilangan Gelombang
G. ANALISIS DATA
-
H. PEMBAHASAN
Pada
praktikum analisis gugus fungsi parasetamol dengan spektrofotometri FTIR
bertujuan memahami prinsip identifikasi senyawa organic melalui teknik analisa
FTIR. Gugus fungsi adalah suatu kelompok gugus khusus pada atom dalam suatu
molekul yang berperan dalam memberikan cirri khas atau karakteristik reaksi
kimia pada molekul tersebut (Sudarma,2014). Senyawa yang bergugus fungsi sama
memiliki reaksi kimia yang sama atau mirip. Parasetamol mengandung tidak kurang
dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2,
dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Pemeriannya berupa hablur atau serbuk
hablur putih, tidak berbau dan berasa pahit. Larut salam 70 bagian air, dalam 9
bagian propilenglikol P, larut dalam larutanalkali hidroksida. Suhu leburnya
sekitar 169∙c sampai 172∙c dan berkhasiat sebagai analgetikum (DDepkes RI,
1979).Parasetamol merupakan salah satu obat analgesic non narkotik dengan cara
kerja menghambat sintesis prostaglandin di syaraf pusat yang biasanya digunakan
dalam bentuk sediaan tunggal maupun kombinasi dengan obat biasanya dalam
sediaan obat flue (Parsono,2002).
Spektrofotometer IR adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengidentifikasi senyawa organic maupun non organik. Apabila sinar IR
dilewatkan melalui cuplikan organic, maka sejumlah frekuensi akan diserap
sedangkan frekuensi yang lain diteruskan atau ditransmisikan tanpa diserap
(Watson,2010). Pada dasarnya FTIR sama seperti spektroskopi IR disperse, namun
perbedaannya pada optiknya (Rohaeti,2011). Menurut Mulja dan Suharman (1995)
spektroskopi IR adalah suatu teknik analisa yang digunakan baik untuk senyawa
organic maupun non organic, dimana pengukuran serapan dari perbedaan frekuensi
IR. Analisa ini bertujuan untuk menentukan gugus fungsi suatu molekul.
Dalam praktikum ini ada 2 tahapan yaitu preparasi sampel,
dan identifikasi gugus fungsi. Sebelum dilakukan preparasi sampel dilakukan
kalibrasi alat terlebih dahulu. Kalibrasi FTIR dilakukan sebelum pengukuran
sampel, dengan cara membackground udara yang ada di tempat sampel agar di dapatkan hasil
pengukuran yang akurat. Tahap pertama yaitu preparasi sampel, dimana dalam hal
ini tablet parasetamol dan serbuk KBr dimasukkan ke dalam mortar dengan
perbandingan parasetamol dan KBr sebanyak 1:99. Perbandingan ini berfungsi agar
diperoleh spectra yang bagus sesuai yang diinginkan, dimana apabila jumlah paracetamol
lebih banyak maka akan menggangu hasil spektranya. Penggunaan KBr dalam hal ini
digunakan karena KBr tidak bereaksi dengan sampel sehingga tidak akan menggangu
hasil spectra dan diperoleh spectra dari smapel saja, kemudiaan dihaluskan
sampai homogen untuk memperkecil ukuran partikel KBr dan parasetamol sehingga
akan lebih mudah dimasukkan ke dalam cetakan pellet dan lebih mudah pula
dilewati oleh sinar IF. Setelah homogeny kemudiaan di masukkan ke dalam cetakan
pellet berfungsi selain sebagai tempat sampel juga berfungsi untuk memberikan
bentuk pada sampel hingga ketika di press tidak akan keluar kemana-mana
serbuknya. Pengepresan berfungsi untuk membuat serbuk sampel menjadi lebih
padat dan lebih tipis sehingga lebih mudah dilewati sinar IF. Pengepresan
dilakukan sebanyak 2 kali dengan perbedaan tekanan. Hal ini bertujuan untuk
membuat serbuk menjadi lebih tipis setipisnya mungkin hingga transparent.
Semakin trasparant maka makin mudah pula sinar melewati sampel sehingga hasil
spektranya pun akan semakin bagus dan jelas.
Tahapan
selanjutnya adalah identifikasi gugus fungsi parasetamol. Dimana dalam hal ini
sampel berupa pellet dimasukkan kedalam alat FTIR Spectrum Perkin Elmer dan
dipilih menu yang diinginkan yaitu klik
scan untuk memulai proses analisis sampel. Setelah selesai analisis akan
keluar kurva perbandingan antara %T(pada sumbu y) dengan panjang bilangan (pada
sumbu x). Dari kurva tersebut garis hijau merupakan standard an garis merah
sebagai sampel. Prinsip kerja alat IR secara singkat yaitu melewatkan
radiasielektromagnetik berfrekuensi pada gelombang IR berkisar 400cm-1 sampai 4000cm-1 pada sampel yang
kemudian diserap oleh ikatan molekul sampel sehingga dihasilkan spectra dari
molekul yang merenggang atau menekuk. Dalam hal ini setiap molekul ataupu gugus
fungsi memiliki suatu karakteristik spesifik yang membedakan satu dengan
lainnya. Dari hasil spectra IR dapat diindentifikasi 8 gugus fungsi yaitu
hidroksil (OH), C=C aromatis, CH aromatis (intensitas sedang), C=O pada keton,
amina (N-H). Bila dibandingkan hasil praktikum dengan literature berbeda pada
panjang bilangan tiap gugus fungsi. Perbedaan hasil ini disebabkan oleh
karakteristik ikatan yang selalu berubah akibat adanya interaksi antar atom
atau preparasi yang tidak baik sehingga terjadi perubahan pada penyerapannya.
Keuntungan
dari penggunaan spektofotometer FTIR (Fourier Transform Infra Red) dibandingkan
dengan metode konvensionalnya yaitu FTIR dapat digunakan pada semua frekuensi
dari sumber cahaya secara stimultan sehingga analisis dilakukan lebih cepat
dari pada menggunakan cara sekuensial atau pemindaian dan sensitifitas dari
metode spektrosfotometri FTIR lebih besar dari pada cara disperse sebab radiasi
yangmasuk ke sistemdetektor lebih banyak karena tanpa harus melalui celah.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa:
a. Prinsip
kerja spektrofotometer FTIR (Fourier Transform Infra Red) adalah sama dengan
spektrofotometer yang lainnya yakni interaksi energy dengan suatu materi.
Spektroskopi FTIR berfokus pada radiasi elektromagnetik pada rentang frekuensi
400-4000 cm-1, dimana cm-1 yang dikenal dengan wave
number (1/wavelenght) yang merupakan ukuran unit untuk frekuensi. Untuk
menghasilkan spectrum IR, radiasi yang mengandung semua frekuensi di wilayah IR
dilewatkan melalui sampel. Frekuensi yang diserap kemudian akan muncul sebagai
penurunan sinyal yang terdeteksi.
b. Gugus fungsi yang dapat diindentifikasi pada parasetamol berdasarkn
hasil spectrum IR yaitu gugus hidroksil (OH), gugus C=C aromatis, gugus CH
aromatis (intensitas sedang serta kuat), gugus amina (NH), Gugus keton (C=O),
serta gugus CH3 (bending serta streching).
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Farmakope
Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hendayana,
Sumar dkk. 2000. Kimia Analitik Instrumen.
Semarang : IKIP Press.
Misfadhila, Sastry dkk. 2016. Pembuatan Kafein Salisilat Secara
Semisintesis dari Bubuk Kopi Olahan Tradisional Kerinci Padang : Fakultas
Farmasi Universitas Andalas Padang.
Purwakusumah, Edy Djauhari dkk. 2014. Identifikasi dan Auntentikasi Jahe Merah Menggunakan Kombinasi
Spektroskopi FTIR dan kemometrik. Bogor : Instotut Pertanian Bogor.
Silverstain. 2002. Identification of Organik Compound 3rd
Edition. John Wiley & Sons LTD. New York.
Suparman dkk. 2015. The
use Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) and Gas Chromatography Mass
Spectroscopy (GCMS) for Halal Auntetication In Importer Chocolate With Various
Variant. Purwokerto : Faculty of Pharmacy University of Muhammadiyah
Purwokerto.
Watson,
David. 2009. Analisis Farmasi.
Jakarta : EGC.
Comments
Post a Comment