HPLC| Laporan Praktikum Analisis Farmasi
PRAKTIKUM
VI
PENETAPAN
KADAR KAFEIN DALAM MINUMAN
BERENERGI
DENGAN HPLC
A. PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
1. Tujuan
Praktikum
a. Untuk
mengetahui prinsip dasar analisa sampel dengan alat HPLC
b. Mampu
mengidentifkasi dan menetapkan kadar kafein dalam suatu sampel
2. Waktu
Praktikum
Sabtu, 7 Oktober
2017
3. Tempat
Praktikum
Lantai III,
Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mataram.
B. PRINSIP
KERJA
Prinsip kerja alat HPLC adalah pemisahan
komponan-komponen berdasarkan kepolarannya, artinya komponen pada suatu analit
(sampel) akan terpisah berdasarkan sifat kepolaran masing-masing komponen dalam
sampel, jika kepolarannya lebih mirip dengan fase diam, maka sampel akan
berinteraksi dengan fase diam atau bergerak lebih lambat dan jika kepolarannya
lebih mirip dengan fase gerak maka sampel akan bergerak terdistribusi lebih
jauh dan lebih cepat. Dengan bantuan pompa fase gerak cair dialirkan melalui
kolom detector (Hendayana, 2006).
C. DASAR
TEORI
HPLC atau KCKT (Kromatografi Cair
Tingkat Tinggi) adalah teknik yang paling banyak digunakan untuk mengukur
kantitas obat-obat dalam formulasi. Penentuan kadar dalam farmakope masih
banyak didasarkan pada spektroskopi UV langsung, tatapi di industry, deteksi
dengan spektrosmetri UV biasanya sikombinasikan dengan pemisahan pendahuluan
dengan KCKT (Watson, 2013).
HPLC yang modern telah muncul akibat
pertemuan dari kebutuhan, keinginan manusia untuk meminimalisir pekerjaan,
kemampuan teknologi, dan teori untuk memandu pengembangan pada jalur yang
rasional. Jelas sebelum era peralatan yang modern bahwa LC (Liquid
Chromatography) memiliki kekuatan pemisahan yang sangat ampuh, bahkan untuk
komponen-komponen yang berhubuangan sangat erat. LC harus ditingkatkan
kecepatannya, diotomasasi, dan harus disesuaikan dengan sampel-sampel yang
lebih kecil, waktu elusi yang beberapa jam (Underwood, 2002).
Dalam studi farmakokinetik, metode
analisis kadar obat dalam sampel hayati merupakan kunci utama keberhasilan
data. Beberapa metode analisis HPLC untuk menetapkan aspirin dan asam salisilat
dalam plasma telah dikembangkan oleh banyak peneliti. Beberapa penelitian
menggunakan metode HPLC untuk penetapan aspirin bersama dengan asam salisilat
(Siswanto,dkk, 2016).
Metode HPLC dengan fase gerak
methanol-buffer fosfat dan fase gerak methanol-buffer asetat dapat digunakan
untuk pemisahan natrium sakarin, asam benzoat dan kafein. Kondisi optimum untuk
fase gerak methanol-buffer fosfat adalah pH 4,5 dengan komposisi fase gerak
12,5 dan 87,5 dan sistem pendeteksian UV pada panjang gelombang 220 nm. Kondisi
optimum untuk fase gerak methanol-buffer asetat adalah pH 5,5 dengan komposisi
fase gerak 15:85 dan sistem pendeteksian UV pada panjang gelombang 230
nm.komposisi fase gerak methanol buffer asetat pH 5,5 (15:85) memberikan hasil
yang lebih baik untuk pemisahan natrium sakarin, asam benzoate dan kafein
dengan waktu retensi yang lebih pendek (Putra, 2017).
Metode dengan menggunakan HPLC yang
diusulkan memungkinkan pemisahan pada 13 senyawa antara lain asam askorbat,
asam nikotinat, asam pentolenat, piridoksin, nikotinamida, piridoksamin,
riboflavin 5-fosfat (flavin mononukleotida), kafein, asam folat, sianokobalamin
dan riboflavin dalam waktu yang relative singkat. Metode HPLC selektif untuk
penentuan vitamin B2 dan B6 (Gliszczynska, 2014).
D. ALAT
DAN BAHAN
1. Alat
a. Blue
tip
b. Gelas
Erlenmeyer
c. Gelas
ukur 50 ml
d. HPLC
series 200 dengan detector UV 254 nm perkin elmer
e. Kolom:
C18 (non polar)
f. Label
g. Labu
ukur 50 ml
h. Mikropipet
i.
Penyaring 0,45 µm
j.
Pipet volume 5 ml
k. Rak
tabung reaksi
l.
Rubber bulb
m. Syringe
n. Tabung
reaksi
2. Bahan
a. Aquades
(H2O)
b. Methanol
(CH3OH)
c. Larutan
standar (kafein murni) 100ppm
d. Larutan
standar (kafein murni) 200ppm
e. Larutan
standar (kafein murni) 300ppm
f. Sampel
Hemaviton
g. Sampel
Kratingdaeng
E. PROSEDUR
PERCOBAAN
F. HASIL
PENGAMATAN
1. Kurva
standar kafein
a. Standar kaffein 100 ppm
·
Tabel HPLC satndar
cafein
Konsentrasi (ppm)
|
Waktu retensi
|
Area (Ï€v* sec)
|
area
|
Height (eiv)
|
%Height
|
100
200
300
|
3,646
3,656
3,646
|
3458,670
5730,892
9306,385
|
81,36
80,77
94,85
|
196.488
334.292
486.995
|
81,68
81,70
94,88
|
Konsentrasi (ppm)
|
Waktu retensi
|
Area (Ï€v* sec)
|
area
|
Height (eiv)
|
%Height
|
Hemaviton
Kratingdaeng
|
3,608
3,659
|
4116.579
4702.505
|
30,19
35,34
|
178,782
191,688
|
36,04
41,97
|
G. ANALISIS
DATA
1. Kurva
Kalibrasi Standar
y = ax + b
= 3923x + 317601
R′ = 0,9837
2. Konsentrasi
sampel
H. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini terkait dengan
kromatografi yaitu Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau lebih sering
disebut HPLC. Teknik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair yang
dapat digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif (
Wiji, 2010).
Pada praktikum kali ini dilakukan
identifikasi kandungan kafein dalam
minuman berenergi yaitu sampel yang digunakan kratingdaeng dengan HPLC.
Kafein adalah suatu senyawa berebntuk Kristal dan berasa pahit yang bekerja
sebagai perangsang psikoaktif dan diuretik ringan.
Percobaan penentuan kadar kafein dalam
sampel minuman dilakukan dengan analisa kualitatif dengan membandingkan waktu
retensi standar. Sedangkan dengan cara analisa kuantitatif dilakukan dengan
menghitung konsentrasi sampel
berdasarkan luas area puncak kromatogram dengan metode kurva kalibrasi
dari larutan deret standar. Berdasarkan hasil yang diperoleh jika dibandingkan
hasil kromatogram standar kafein dan kromatogram kafein sampel terdapat
kemiripan waktu retensinya. Dimana waktu retensi pada konsentrasi 100 ppm, 200
ppm, 300 ppm secara berturut-turut yaitu 3,646 menit, 3,656 menit, 3,646 menit.
Sedangkan pada sampel hemaviton sebesar 3,608 menit dan pada sampel
kratingdaeng 3,659. Sehingga dapat dikatakan bahwa peak yang muncul timbul pada
hasil pemisahan komponen kratingdaeng lebih tinggi mengandung kafein
dibandingkan dengan hemaviton. Kemudian untuk menghitung konsentrasi kafein
dalam sampel dilakukan terlebih dahulu dengan membuat kurva kalibrasi standar
untuk memperoleh nilai x, diperoleh nilai a yaitu 3923, nilai b 317601 dan
nilai r 0,9837. Nilai r tersebut mendekati angka 1 sehingga dapat dikatakan
kurva membentuk garis linier. Hubungan konsentrasi dengan luas area yaitu
berbanding lurus, semakin tinggi konsentrasi kafein maka semakin tinggi luas
areanya, berdasarkan tabel hasil pengamatan.
Selanjutnya perhitungan konsentrasi
sampel dilakukan dengan cara menggunakan persamaan y=29239 x + 317601 tadi
berdasarkan kurva kalibrasi. Dimana nilai y dimasukkan angka luas area
masing-masing sampel kafein yang waktu retensinya mirip dengan satndar, untuk
kratingdaeng luas areanya sebesar 4702,505 sehingga nilai x untuk kratingdaeng
yaitu 149,967 ppm. Sedangkan hemaviton areanya yaitu 4116579 sehingga nilai x
yang didapat untuk hemaviton 129.928 ppm. Lalu dihitung faktor pengenceran,
untuk hasil kedua sampel sama yaitu 3,3 ml dimana volume larutan 5 ml dan
volume sampel 1:1,5. Setelah diperoleh nilai x dan faktor pengenceran maka
dapat dilakukanperhitungan konsentrasi kafein pada sampel dengan cara
mengkalinya. Pada kratingdaeng diperoleh hasil 74,1 mg/150 ml dan pada hemaviton sebesar 64,2 mg/150 ml.
berdasarkan peraturan SNI 01-6684-2002. Bahwa kadar maksimum pada minuman
berenergi adalah 50 mg persaji (BSN,2002). Sehingga pada hasil yang diperoleh
tidak memeunhi syarat
Penggunaan HPLC bekerja bekerja dengan
kepolarannya., artinya sampel akan terpisah berdasarkan sifatkepolaraannya dari
masing-masing komponen dalam fase diam yang digunakan pada metode HPLC ini
adalah kolom, injector, detector, pompa dan pengolah data. Fase gerak yang
digunkan yaitu methanol 70% dan aquades 30%.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan
tujuan praktikum,dapat disimpulkan bahwa:
1. HPLC
berprinsip pada pemisahan senyawa berdasarkan distribusi analit pada fase diam
dan fase gerak dengan menggunakan tekanan. Fase geraknya, yaitu cairan atau
pelarut organik dan fase diamnya, yaitu cairan atau padatan.
2. Penetapan
kadar kafein dalam sampel dapat dilakukan dengan membedakan kromatogram kafein
standar dengan kromatogram kafein sampel dicari luas area yang sama atau
menghitung konsentasi kadar kafein dala sampel, dan diperoleh hasil untuk
kratingdaeng 74,1 mg/100 ml dan hemaviton 64,2 mg/150 ml
3. Hubungan
konsentrasi dengan luas area yaitu berbanding lurus. Emakin tinggi konsentrasi
kafein maka semakin tinggi luas areanya. .
DAFTAR PUSTAKA
Gliszczynska, anna dan Rybika, 2014. Simultaneous Determination of Caffeine and Water-Soluble
Vitamins in Energy Drintis by HPLC with Photodiote Array and Fluorosence
Detection. Poland: Poznan University of Economics.
Hendayana, Sumar. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan
Elektroforesis Modern. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Putra, Y Arif. 2017. Pemisahan Bahan Tambahan Pangan menggunakan
Metanol-Buffer Fosfat dan Metanol Buffer Asetat. Pekanbaru: Universitas
Islam Riau.
Siswanato, Agus, dkk. 2016. Validasi Metode HPLC untuk Penetapan Aspirin
dan Asam Salisilat dalam Plasma Kelinci (Lepus curpaezems) secara Simultan.
Yogyakarta: UGM.
Underwood. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Watson, David G. 2-13. Analisis Farmasi. Jakarta: EGC.
Wiji, dkk. 2010. Analisis Kafein dengan Alat HPLC. Jakarta: Universitas Indonesia.
Comments
Post a Comment